Laporan Praktek Kerja Lapang
TEKNIK PEMBESARAN CALON INDUK IKAN ARWANA (Scleropages formosus) DI BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR (BBAT) JAMBI
AWAN
090330071
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Perikanan Jurusan
Budidaya Perairan Pada Fakultas Pertanian
Universitas Malikussaleh
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2012
PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA LAPANG
Judul : Teknik Pembesaran Calon Induk
Ikan Arwana (Scleropages formosus) Di
Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi
Nama : Awan
Nim : 090330071
Disetujui
Oleh,
Ketua Program
Studi Budidaya Perairan
Fakultas
Pertanian
Universiatas
Malikussaleh Dosen
Pembimbing
Erniati, S.si.,
M.si
Erlangga, S.pi., M.si
Nip: 197705032000212003 Nip. 1982204182008121002
Tanggal Lulus Ujian :……………………………2013
RINGKASAN
AWAN
(090330071). Teknik Pembesaran Calon Ikduk Ikan Arwana (Scleropages formosus) Di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. Dibawah
bimbingan Erlangga, S.Pi., M.Si.
Ikan
arwana merupakan suatu komuditas perikanan yang menjadi kebanggaan Indonesia, hal
ini dikarenakan Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki populasi ikan
arwana terbesar di dunia. Keunggulan arwana terdapat pada warna dan bentuk
tubuh serta gerakan yang menarik, hal inilah yang membuat ikan arwana memiliki
nilai jual tinggi. Habitat asli ikan arwana adalah kebanyakan dari sungai dan
danau.
Dikalangan masyarakat menengah
keatas, terutama di Negara kawasan Asia, ikan arwana bisa dikatakan sebagai
ikan hias nomor satu yang paling digemari. Penyebabnya selain keindahan
fisiknya, ikan ini diyakini dapat mendatangkan keberuntungan bagi pemiliknya.
Bahkan dalam tradisi masyarakat Cina, ikan arwana sering dijadikan sebagai
lambing kemakmuran.
Praktek Kerja Lapang ini
dilaksanakan pada tanggal 24 juli 2012 samapai 15 agustus 2012 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT)
Jambi. Tujuan praktek kerja lapang ini bertujuan unuk mengetahui teknik pembesaran calon induk ikan arwana (Scleropages formosus) dan kendala-kendala pada saat
pembesaran calon induk serta penanganan calon induk ikan setelah panen dengan
metode observasi langsung dilapangan yang meliputi beberapa tahap yaitu
persiapan wadah, bahan, dan alat, pemisahan benih dari induk, pemberian pakan
dan pemeliharaan.
Pembesaran calon induk pada Praktek
Kerja Lapang ini dipelihara didalam akuarium yang berukuran P60 cm x L50cm
dengan ketinggian air 20cm, yang dilengkapi dengan aerator. Tingkat kelulusan
hidup (SR) calon induk arwana mencapai 100% pada akhir praktek kerja lapang,
sehingga pembesaran calon induk ikan arwana sangat baik dilakukan dengan padat
tebar 1 ekor per akuarium. Kendala yang sering terjadi yaitu sangat mudah
diserang bakteri jika tubuh ikan tersebut ada luka. Untuk pengukuran kualitas
air yaitu suhu 25-27 OC, pH 7-7.7 dan DO 3.0-4.3.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala
puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga penulis mampu
menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang ini dengan judul “Teknik Pembesaran
Calon Induk Ikan Arwana (Scleropages
formosus) di
Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi”. Laporan Praktek Kerja Lapang ini dikerjakan demi memenuhi
salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Perikanan di Program Studi
Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh. Penulis
menyadari bahwa Laporan Praktek Kerja
Lapang ini bukanlah salah satu tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah
sesuatu yang tidak terbatas. Terselesaikannya
Laporan Praktek Kerja Lapang ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran
tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Keluarga
besar tercinta, yang paling teristimewa untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan moril,
materil, serta
tidak pernah lupa mendoakan kepada
penulis dalam melaksanakan
Praktek Kerja Lapang hingga selesainya laporan.
2.
Bapak
Erlangga, S.Pi,
M.Si. selaku dosen pembimbing
penulis dalam menyelesaikan laporan praktek kerja lapang yang dengan sabar telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
3.
Ibu
Erniati,
S,Si, M.Si.
selaku Kepala Program Studi
Budidaya Perairan.
4.
Semua
dosen Program Studi Budidaya Perairan yang telah memberikan arahan dan semangat
kepada penulis.
5.
Bapak Ir. H. Mimid Abdul Hamid, M. Sc, selaku Kepala Balai Budidaya
Air Tawar Provinsi Jambi, yang telah menerima kami untuk melaksanakan Praktek
Kerja Lapang ini.
6.
Ibu
Nurul Trijayanti S.P.i selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan segala
bimbingan, bantuan, arahan dan masukan
kepada penulis selama Praktek Kerja Lapang hingga selesainya laporan.
7.
Sabahatku
(Abah,
Ali, Adit,
Aidil, Amal, Agus, Alkhiar, Idris,
Ganjar, Iref, Mas Wahyu yang telah
membantu penulis dilapangan) dan
teman-teman Semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak bisa penulis sebutkan. Terima kasih banyak, Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan
ketulusan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini.
Penulis
menyadari
bahwa laporan
Praktek Kerja Lapang ini masih banyak terdapat kekurangan. Maka dengan rendah hati penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk sudi
kiranya memberikan
kritik dan saran serta masukan yang membagun demi kesempurnaan laporan praktek kerja lapang ini. Semoga laporan praktek kerja lapang ini dapat memberikan
manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak demi kemaslahatan bersama serta bernilai
ibadah di hadapan Allah SWT. Amien.
Aceh Utara, April 2013
Awan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Praktek Kerja Lapang
3.
Manfaat
Praktek Kerja Lapang
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Klasifikasi dan Morfologi
2.
Habitat
dan Penyebaran
3.
Pakan
4.
Penyakita
dan Penanggulangan
5.
Parameter
Kualitas Air
a.
Suhu
b.
Derajat
Keasaman (pH)
c.
Oksigen
Terlarut (DO)
METODOLOGI
1.
Waktu
dan Tempat
2.
Alat
dan Bahan
3.
Metode
Praktek Lapang
4.
Metode Kerja
a.
Persiapan
b.
Pemeliharaan Benih atau Calon Induk (Pembesaraan)
c.
Pengamatan
Pertumbuhan Ikan
d.
Pengukuran Kualitas Air
e.
Pemantauan
Kesehatan Ikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Keadaan
Umum BBAT Jambi
a. Lokasi BBAT Jambi
b.
Sejarah
Berdirinya BBAT Jambi
c.
Struktur
Organisasi
d.
Sarana
e.
Hatchery
f.
Perkolaman
g.
Laboratorium
h.
Jaringan Listrik
i.
Gedung
j.
Visi
dan Misi BBAT Jambi
k.
Tujuan dan Sasaran
2.
Pembesaran Ikan Arwana
a. Persiapan
b. Pemeliharaan Benih (Pembesaran)
c. Pengamatan Pertumbuhan Ikan
d. Pengukuran Kualitas Air
e. Pemantauan Kesehatan Ikan
KESIMPULAN DAN
SARAN
1.
Kesimpulan
2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ikan
Arwana merupakan ikan yang berasal dari daerah subtropis dan tropis, sehingga
Ikan Arwana banyak di temukan di Indonesia, Malaysia, Vietnam, Birma, Thailand.
Habitatnya adalah sungai - sungai besar dengan arus yang cukup deras. Arwana
yang ditangkap liar sekaran sudah sangat jarang sekali. Jumlah Budidaya Ikan
Arwarna yang menurun drastic, apalagi dengan keadaan banyaknya polusi air
seperti sekarang. Arwana yang beredar sekarang dipastikan merupakan hasil dari
pembibitan Budidaya Arwana dan Budidaya Ikan Arwana yang dilakukan para
pengusaha pembibitan yang sudah teruji mutu dan kualitas gennya.
Ikan arwana (Scleropages formosus) merupakan salah
satu komoditas ikan hias air tawar yang bernilai ekonomis tinggi karena banyak
diminati oleh konsumen dalam negeri maupun luar negeri dengan harga yang
relatif mahal. Pemanfaatan ikan ini umumnya untuk dipajang dalam akuarium
sebagai sarana hobi.
Kegiatan koleksi dan
domestikasi Ikan arwana (Scleropages
formosus) di BBAT Jambi dimulai pada bulan Agustus 1999 dengan mendatangkan
benih ikan arwana Muaro Tebo, provinsi Jambi, dengan ukuran awal 6-7 cm. Benih
tersebut dipelihara sampai menjadi induk. Pada periode tahun 2002-2008, telah
dapat dihasilkan benih arwana filial pertama (F1) dan Filial kedua (F2).
Potensi pertumbuhan arwana cukup besar, terutama dengan pemberian pakan
berkadar protein tinggi. Pertumbuhan arwana di akuarium mencapai 60 cm,
sedangkan di alam mencapai lebih dari 90 cm. Jenis arwana asal Amerika Selatan
dapat tumbuh hingga 270 cm.
Budidaya ikan arwana telah dilakukan
dibeberapa tempat di Indonesia, namun dalam proses pengembangannya masih
menemui kendala, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dalam masalah pembesaran.
Oleh karena beberapa hal tersebut di atas saya termotivasi untuk mengambil
judul tentang Teknik Pembesaran Ikan Arwana (Scleropages formosus).
2. Tujuan Praktek
Secara umum tujuan praktek Praktek Kerja Lapang adalah untuk mengetahui
teknik-teknik dalam pembesaran ikan arwana di BBAT Jambi. Adapun secara khusus
Praktek Kerja Lapang tersebut bertujuan untuk:
v Menguasai dan memahami tentang teknik pembesaran ikan arwana di BBAT Jambi.
v Dapat meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dalam bidang pembesaran
ikan arwana di BBAT Jambi khususnya.
3. Manfaat Praktek Kerja Lapang
Dengan adanya kegiatan Praktek
Kerja Lapang, maka secara umum manfaat yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapang
yaitu dapat memberikan sumber informasi bagi yang membutuhkan. Secara khusus
Praktek Kerja Lapang ini bermanfaat :
v Bagi mahasiswa dengan adanya Praktek Kerja
Lapang ini dapat menambah wawasan pengetahuan tentang dunia perikanan dan
perairan.
v Bagi Lembaga (Fakultas) dengan adanya Praktek Kerja
Lapang ini, Fakultas telah dapat menyediakan informasi keadaan Perairan dan
usaha Perikanan kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi Perikanan dan
Perairan.
v Bagi pemerintah setempat dengan adanya Praktek
Kerja Lapang ini, pemerintah setempat telah terbantu dalam mendapat potensi
sumber daya manusia bidang perikanan.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Klasifikasi dan Morfologi
Berdasarkan klisifikasi yang di temukan oleh
Weber, M dalam Apin (2004), ikan Arwana di klasifikasikan sebagai berikut:
Kerajaan:
|
|||
Filum:
|
|||
Kelas:
|
|||
Ordo:
|
|||
Famili:
|
|||
Genus:
|
|||
Spesies:
|
Sceloropages
formosus
|
||
Gambar 1. Morfologi Ikan Arwana (Scleropages formosus)
Arwana termasuk ikan endemik Indonesia.
Para hobiis dan penangkar Arwana mengenal spesies ini dengan sebutan lain.
Tubuh Arwana umumnya memanjang dengan warna gelap pada bagian punggung. Daerah
hulu sungai besar yang berair tenang dan jernih dengan derajat keasaman
air (pH) lebih dari 6 merupakan habitat
favorit bagi Arwana. Kadang-kadang, Arwana juga ditemukan di sungai yang
mengalir deras. Jenis ini juga termasuk tipe mouth brooder yang melindungi
telur dan juvenil-nya di dalam mulut (Sudarto, 2003).
Arwana merupakan ikan perenang atas (surface feeder), ditunjukkan
oleh betuk mulut. Di alam mereka berenang di dekat permukaan untuk berburu
mangsa. Arwana dapat menerima segala jenis pakan untuk ikan karnivora, tetapi
seringkali mereka jadi sangat menyukai salah satu jenis pakan saja, dan menolak
jenis lainnya. Sebagai ikan peloncat, arwana di alam bisa menangkap serangga
yang hinggap di ranting ketinggian 1-2 meter dari permukaan air. Maka
pemeliharaan dalam akuarium harus ditutup dengan baik (Sudarto, 2003)
Bentuk
dan penampilan arwana termasuk cantik dan unik. Tubuhnya memanjang, ramping,
dan “stream line”, dengan gerakan renang sangat anggun. Arwana di alam
mempunyai variasi warna. Pada bibir bawahnya terdapat dua buah sungut yang
berfungsi sebagai sensor getar untuk mengetahui posisi mangsa di permukaan air.
Sungut ini termasuk dalam kriteria penilaian keindahan ikan arwana (Anonymous,
2009).
Sisik arwana dibagi menjadi 6 level
(tingkat/baris) yang mulai dihitung dari arah badan bagian bawah ke atas. Level atau baris sisik pertama terdapat pada
bagian perut, baris sisik yang terletak di atas perut di sebut level kedua,
demikian seterusnya hingga level 6 yang berada pada bagian paling atas
(punggung). Pembagian level sisik ini dapat dilihat pada Gambar 3 (di atas).
Level/Baris sisik ini sangat penting dalam menentukan kualitas arwana. Ciri
unik lainnya dari arwana adalah adanya semacam pelat tulang yang ditumbuhi gigi
dan terletak di lantai bawah mulut. Pelat tulang ini berbentuk seperti lidah,
sehingga arwana seringkali disebut sebagai ikan berlidah tulang (bonytongue
fish) (Anonymous, 2005).
2. Habitat dan Penyebaran
Habitat ikan ini pada tepian sungai yang
ditumbuhi pepohonan seperti pohon engkana, putat, rasau, dan entangis, dimana
pepohonan tersebut memiliki akar di dasar sungai dengan batang pohon di dalam
air, tetapi daun-daunnya rimbun ke atas. Di habitat seperti inilah ikan-ikan
arwana berada, berkembang biak, dan bersembunyi (Anonymous, 2009).
Arwana termasuk ikan karnivor yang mendiami habitat sungai
dan danau berair tenang. Kadang-kala juga ditemukan di riam yang berarus kuat.
Daerah tepian sungai yang ditumbuhi banyak pohon hutan dengan akar yang
terjulur di dalam air dan dedaunan yang rimbun di atasnya, menjadi habitat
favorit bagi Arwana. Habitat tersebut umumnya menyediakan banyak makanan dan
daerah perlindungan yang baik (Anonymous, 2009).
3. Pakan
Arwana adalah termasuk ikan jenis predator. Maka tidak
heran jika arwana juga bisa memakan sesama ikan seprti ikan komet, ikan mas dan
ikan-ikan kecil lainnya yang ukurannya lebih kecil darinya dan memiliki tubuh
memanjang, lunak dan tidak berduri. Arwana juga memakan jangkrik, udang tawar,
kodok, kelabang, kadal, belalang, ulat dan cicak. Jika memberikan pakan
jangkrik, usahakan agar kakinya yang berduri dan tajam dipotong terlebih dulu.
Gunanya agar tidak melukai mulut dan/ organ perut. Begitu juga halnya jika
memberi belalang (Anonymous, 2009).
Udang tawar di buang terlebih dulu bagian kepalanya. Anda bisa
mengganti udang tawar dengan udang pasar. Buang bagian-bagian yang tajam
seperti kepala dan kulit sampai ekor. Potong udang pasar menjadi beberapa
bagian, Jika masih ada sisa, dapat dimasukan kembali ke dalam lemari
es/freezer. Udang sangat baik untuk pertumbuhan warna. Namun juga banyak mengandung
bakteri jika membusuk. Jadi, jika tidak dimakan oleh arwana harus cepat-cepat
diangkat dari dari dalam aquarium. Untuk udang pasar, jangan dibiarkan meleleh
dan berapa diluar lemari es terlalu lama (Susanto, 2008).
Jika memberikan arwana pakan berupa ikan, pastikan ikan
tersebut tidak sakit, baik itu sakit internal mau pun external berupa jamur,
dll. Sebelum diberikan pun sebaiknya ikan dibuat pingsan terlebih dulu dengan
membanting ikan tersebut di meja/lantai. Memang berkesan sadis, namun jika tidak
akan terjadi kejar mengejar yang bisa menyebabkan arwana menabrak-nabrak kaca
yang bisa menyebabkan rusaknya sisik, sirip, ekor atau patahnya sungut. Bahanya
lagi jika arwana menabrak heater/pemanas sampai pecah yang bisa menyebabkan
masuknya aliran listrik langsung ke air atau menabrak dinding aquarium sehingga
kaca menjadi retak dan pecah (Susanto, 2008).
Untuk arwana usia muda, ukuran 10-15 cm, berikan pakan
berupa ulat hongkong yang di kombinasi dengan jangkrik muda berukuran tidak
lebih dari 1 cm. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari, yaitu pagi, siang dan
malam. Jangan memberi makan terlalu banyak, cukup 3-4 ekor ulat dan 1 ekor
jangkrik jangkrik setiap kali makan agar pencernaan bekerja normal. Arwana
ukuran kecil cenderung lebih rakus. Maka jika makanan yang diberikan tidak
dikontrol dapat terjadi arwana tersedak / makanan dimuntahkan lagi / kerusakan
pada pencernaan (Susanto, 2008).
4. Penyakit dan
Penanggulangan
Penyakit
Gigit Ekor, Sebelum menderita penyakit ini biasanya arwana akan menunjukan
perilaku yang lain daripada biasanya. Arwana akan kelihatan gelisah dengan
berenang hilir mudik kesana kemari. Beberapa hari kemudian sirip ekor akan
robek-robek selaputnya sehingga mirip sisir dan yang tertinggal hanyalah
jari-jari siripnya. Gejala ini mulanya hanya kecil lalu akan bertambah panjang
dan tidak jarang sebagian dari jari sirip itu akan hilang. Sebelum menderita
penyakit ini biasanya arwana akan menunjukan perilaku yang lain daripada
biasanya. Arwana akan kelihatan gelisah dengan berenang hilir mudik kesana
kemari. Beberapa hari kemudian sirip ekor akan robek-robek selaputnya sehingga
mirip sisir dan yang tertinggal hanyalah jari-jari siripnya. Gejala ini mulanya
hanya kecil lalu akan bertambah panjang dan tidak jarang sebagian dari jari sirip
itu akan hilang. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh sejenis parasit yang
menempel pada ekor arwana dan menyebabkan rasa gatal yang tidak tertahankan.
Arwana berusaha mengatasinya dengan cara berenang hilir mudik dan menggigiti
ekornya sehingga tampak compang-camping (Anonymous,
2005).
Pengobatan penyakit ini
tergolong mudah. Pindahkan Arwana ke dalam aquarium lain yang bersih (steril)
dan sudah diisi dengan air yang memenuhi syarat. Masukan sekitar 20 tetes obat
Tropical Fish Medicine dan biarkan arwana tetap di dalamnya selama beberapa
hari. Jangan lupa membersihkan aquarium yang satunya agar nantinya arwana bisa
menempati kembali tanpa khawatir terjangkit lagi (Anonymous,
2005).
Tutup Insang Melengkung, Arwana Yang Mati Karena
Penyakit Insang
Sering kita lihat tutup insang arwana melengkung keluar, sehingga sebagian
insangnya kelihatan. Arwana dengan kondisi seperti ini tentu tidak sedap
dipandang. Ikan Arwana yang satu ini mati karena penyakit insang, dengan
ciri-ciri insang ikan berubah menjadi hitam (Anonymous,
2005).
Penyebab penyakit ini bermacam-macam, yang pertama
disebabkan kualitas air dalam aquarium yang tidak memenuhi standar terutama
suhunya. Aquarium yang terlalu dingin atau tidak hangat bisa mendorong ikan
arwana terkena penyakit ini. Penyebab lainnya adalah pemberian obat-obatan yang
kelewat dosis, serangan sejenis bakteri, atau karena air dalam aquarium rendah
kandungan oksigennya. Hal ini dapat dijelaskan karena air yang mempunyai
kandungan oksigen yang rendah akan llebih sering membuat arwana membuka dan
menutup insangnya. Gerakan itu sering tidak sempurna. Artinya sebelum tutup
insang benar-benarmenutup, keburu dibuka lagi untuk menghirup sedalam-dalamnya
air untuk memenuhi tuntutan oksigen. Dari gerakan yang tidak sempurna ini kemudian
tutup insang arwana tetap terbuka dan tubuhnya tidak normal. Untuk mencegahnya
agar menjaga kandungan oksigen dalam air tetap tinggi diatasi dengan memberikan
cukup aerasi pada aquarium. Jika perlu aerator diganti dengan tenaga yang lebih
besar. Kemudian tidak lupa menjaga keseluruhan kualitas air tetap primasehingga
tetap layak dihuni oleh arwana (Anonymous, 2005).
Pensuplyan O2 Murni, Teknik pengobatan ikan
Arwana, salah satunya adalah dengan menjepit ikan yang sakit diantara dua
penjepit kaca didalam ember, dan men-supply oksigen murni langsung kearah
insangnya. Jika tutup insang yang melengkung ini belum terlalu parah maka bisa
diperbaiki dengan jalan melakukan operasi kecil pada tepi tutup insangnya (Anonymous, 2005).
5. Parameter Kualitas Air
Setiap hari diwajibkan mengontrol suhu dan
pH air. adapun suhu air ideal bagi ikan arwana sekitar 25-27 derajat celcius.
andaikata suhu air dingin, segera nyalakan heater hingga suhu air sesuai
kebutuhan. sedangkan pH yang dikehendaki sekitar 6-8,5. andaikata pH terlalu
rendah, maka tambahkan kapur ke dalam akuarium (Anonymous,
2009).
Selain itu, sanitasi air perlu diperhatikan
pula, silakan mengobati air akuarium déngan malachite green, déngan frekuensi 3
minggu sekali.
dan jangan lupa, air akuarium juga diganti. namun pergantian air dipilahkan menjadi dua, yakni:
dan jangan lupa, air akuarium juga diganti. namun pergantian air dipilahkan menjadi dua, yakni:
(a) pergantian air secara reguler setiap 2
hari sekali dengan volume 10% dari seluruh volume air akuarium.
(b) total pergantian air dilakukan setiap 3
bulan sekali. jika anda menggunakan air pam, sebaiknya dibiarkan 24 jam
terlebih dahulu agar kandungan khlor mengendap, dan setelah itu bisa dimasukkan
ke dalam akuarium (Anonymous, 2009).
Pengukuran kualitas air (suhu, salinitas,
pH, oksigen terlarut, amoniak, amonium sulfat, nitrit, nitrat, chlorin, dsb)
dilakukan dengan menggunakan termometer untuk suhu, refractometer untuk
mengukur salinitas, pH meter untuk mengukur pH, DO meter untuk mengukur oksigen
terlarut dan water quality test kit untuk mengukur kualitas air lainnya
disesuaikan dengan petunjuk kerja dari masing-masing alat yang digunakan. Frekuensi pengukuran dilakukan minimal dua
kali seminggu (Ditjen Perikanan Budidaya, 2002).
a. Suhu
Suhu
merupakan salah satu faktor penting yang harusdijaga agar tidak melewati batas
maksimum dan minimum. Suhuair yang terlalu tinggi akan mempengaruhi komposisi
kimiawi air,kenaikan suhu air dapat mengakibatkan menurunnya jumlahoksigen
terlarut sehingga kehidupan biota air dapat terganggu(Fardiaz, 1992).
Peningkatan suhu dapat menyebabkanpenurunan kelarutan gas dalam air, misalnya
gas O2, CO2, N2 dan CH4. Suhu air
sangat mempengarhi nafsu makan pada ikan.Peningkatan suhu juga menyebabkan Peningkatan
kecepatanmetabolisme dan respirasi ikan dan mengakibatkan peningkatankonsumsi
oksigen.Temperatur yang sosok untuk mengkonsumsipakan adalah berkisar antara
15-30 oC (Effendi, 2003). Arwana
direkomendasikan untuk diperlihara pada selang suhu 26 - 30°C. Seperti halnya
jenis ikan yang lain, hindari terjadinyaperubahan suhu mendadak. Perubahan suhu
mendadak dapatmenyebabkan shock pada ikan yang bersangkutan, dan dapatmemicu
berbagai masalah. Suhu terlalu tinggi untuk jangkawaktu lama diketahui dapat
menyebabkan tutup insangmenggulung, hal ini tentu akan sangat menggangggu
keindahanikan tersebut (Purwakusuma, 2007).
b. Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan suatu ekpresi
dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma
dari konsentrasi ion H. Sebagai contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya
konsentrasi H dalam air tersebut adalah 0.000001 bagian dari total larutan.
Karena untuk menuliskan 0.000001 (bayangkan kalau pH 14) terlalu panjang maka
orang melogaritmakan angka tersebut sehingga manjadi -6. Tetapi karena ada tanda - (negatif)
dibelakang angka tersebut, yang dinilai kurang praktis, maka orang
mengalikannya lagi dengan tanda - (minus) sehingga diperoleh angka positif 6.
Oleh karena itu, pH diartikan sebagai "-(minus) logaritma dari
konsenstrasi ion H". Yang perlu diperhatikan adalah bahwa
selisih satu satuan angka pH itu artinya perbedaan kosentrasinya adalah 10 kali
lipat. Dengan demikian, apabila selisih
angkanya adalah 2 maka perbedaan konsentrasinya adalah 10x10 = 100 kali lipat.
Sebagai contoh pH 5 menunjukkan konsentrasi H sebanyak 0.00001 atau 1/100000 (seperseratus ribu) sedangkan
pH 6 = 0.000001 atau 1/1000000 (sepersejuta) (Sachlan, 1987).
Dengan demikian kalau kita menurunkan pH
dari 6 ke 5 artinya kita meningkatkan kepekatan ion H+ sebanyak 10 kali lipat. Kalau
kita misalkan pH itu gula, maka dengan menurunkan pH dari 6 ke 5, sama artinya
bahwa larutan tersebut sekarang 10 kali lebih manis dari pada sebelumnya (Sachlan, 1987).
Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap
perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisma yang unik agar
perubahan tidak tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. sistem
pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-buffer-an. pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe
dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik
lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH
maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang
kehidupan mereka (Sachlan, 1987).
Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam)
sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan
lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa
(alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut
sebagai netral. Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air
tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah
mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap "gangguan" terhadap
pengubahan pH. Dengan demikian kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan
alkalinitas dan tingkat kesadahan air.
Apabila hal ini telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih mudah dilakukan (Sachlan, 1987).
c. Oksigen Terlarut (DO)
Menurut Sahri (2006), bahwa oksigen terlarut merupakanpenentu
kualitas air dari suatu perairan dan sangat dibutuhkandalam proses respirasi
dari organisme perairan sedangkansumber dari oksigen terlarut adalah dari
difusi O2
di udara kedalam air, air hujan, serta fotosintesis. Kadar oksigen
terlarut yang berfluktuasi secara harian danmusiman, tergantung pada
pencampuran dan pegerakan massa air, aktifitas fotosintesis, respirasi, dan
limbah (effluent) yang masuk ke air. Menurut PP no 82 tahun 2001Oksigen
terlarut yang baik bagi biota air tawar yaitu > 3 mg/L.
METODELOGI
1. Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT), Jl. Bumi perkemahan
Pramuka, Desa Sungai Gelam, Kec. Sei Gelam Kab. Muoro Jambi,
Provinsi Jambi. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 24 Juli 2012 sampai dengan 14 agustus 2012.
2. Alat dan Bahan
Peralatan yang
digunakan adalah akuarium berukuran P60 cm x L50cm, gayung,
serok halus, peralatan siphon, aerasi, Stabilizer (Anestesi) , alat
kualitas air (thermometer, kertas pH), alat sampling; mistar,
timbangan digital, baskom.
Bahan yang digunakan dalam pembesaran ikan arwana ini adalah benih
atau calon induk arwana, pakan jangkrik (Gryllus assimillis), anak ikan berukuran kecil dan bahan lainnya.
3. Metode
Praktek Lapang
Kegiatan
praktek lapang meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder yang di
peroleh dengan cara :
v Mengikuti dan melaksanakan secara langsung seluruh kegiatan pembesaran
yang di laksanakan oleh pihak Balai.
v Observasi (pengamatan) terhadap kegiatan pembesaran ikan arwana yang
di laksanakan oleh pihak Balai.
v Diskusi dengan pimpinan operasional, teknisi lapangan dan staf
pegawai setempat serta pihak lain yang terkait.
v Studi pustaka untuk menambah informasi dengan mencari keterangan
ilmiah dan literatur yang setara dengan
teknis dan kendala yang di hadapi dalam pembesaran
ikan arwana silver.
5. Metode Kerja
a. Persiapan
Wadah yang digunakan untuk pembesaran ikan
arwana di hatcrey berukuran P60 cm x L50cm dengan ketinggian air 20cm, calon induk dipelihara secara terpisah dalam satu
ekor satu akuarium.
b. Pemeliharaan Benih atau Calon Induk (Pembesaraan)
Pembesaran di akuarium dilakukan dari
larva lepas kuning telur berumur 2 tahun. Benih arwana dipelihara secara
terpisah (1 ekor per akuarium). Agar ikan tidak melompat keluar akurium ditutup
dengan jaring penutup. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan anak ikan, Notenecta sp, jangkrik (Gryllus
assimillis), atau ulat hongkong (Tenebrio millitor) yang diberikan secara ad sattiation, frekuensi pemberian pakan dua kali sehari yaitu pagi
dan sore hari. Untuk Pengantian air dilakukan seminggu sekali (pergantian air
total 80%) dan untuk penyiponan dilakukan dua hari sekali.
Setelah berumur ± 2 tahun atau
berukuran ± 20-30 cm arwana dipindah ke
bak beton berfilter atau ke kolam, pakan yang diberikan untuk kolam atau bak
beton adalah ikan rucah.
c. Pengamatan Pertumbuhan Ikan
Pengukuran
panjang dan berat di lakukan setiap sebulan sekali dengan cara mengambil sempel
sebanyak 10 ekor calon induk untuk diukur panjang standar panjang total
dengan menggunakan mistar, dan beratnya menggunakan timbangan digital,
sebelumnya ikan di anestesi (pembiusan) terlebih dahulu dengan menggunakan
cairan stabilizer dengan dosis 1 ml /
liter air, setelah itu ikan disadarkan terlebih dahulu dan baru dimasukan ke
akuarium.
d. Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air
dilakukan satu bulan sekali (Suhu,
pH, DO)
e. Pemantauan Kesehatan Ikan
Di BBAT Jambi, Pemantauan kesehatan ikan
dilakukan oleh tim ahli atau staf Lab Uji khusus di BBAT Jambi dan dilakukan
setiap sebulan sekali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Keadaan Umum BBAT
Jambi
a. Lokasi BBAT Jambi
Balai
Budidaya Air Tawar Jambi berlokasi di Desa Sungai Gelam, Kecamatan Sei Gelam,
Kabupaten Muaro Jambi ± 30 km ke arah Timur dari Kota Jambi. Balai Budidaya Air
Tawar Jambi merupakan Daerah Tingkat I yang terletak membujur dari Pantai Timur
ke arah Barat pertengahan Pulau Sumatera yaitu 0045’-2045’ Lintang Selatan dan
antara 1010-104055’ Bujur Timur.
Luas
areal Balai Budidaya Air Tawar Jambi adalah 20 ha yang terdiri dari 4,8 ha areal
perkolaman, 3,35 ha waduk/reservoar, dan 11,85 ha daratan yang sebagian besar
dipergunakan untuk perkantoran, asrama pelatihan, mess pegawai serta sarana
penunjang lainnya. Sumber air perkolaman berasal dari resapan air disekitar
Balai Budidaya Air Tawar Jambi yang ditampung dalam tiga buah waduk.
b. Sejarah Berdirinya BBAT Jambi
Untuk
menunjang pelaksanaan program pembangunan dan peningkatan produksi perikanan di
Indonesia sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
346/kpst/OT.210/5/94 tanggal 6 Mei 1994, maka dibentuklah Loka Budidaya Air
Tawar Jambi yang berstatus Eselon IV, dengan wilayah kerja meliputi Indonesia
Barat. Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Eksploitasi Laut dan Perikanan Nomor : 66 tahun 2000 tanggal 31 Juli 2000
terjadi perubahan struktur organisasi Loka Budidaya Air Tawar Jambi. Sesuai perkembangannya, pada tanggal 1 Mei
2000 Loka Budidaya Air Tawar Jambi berubah menjadi Balai Budidaya Air Tawar
Jambi yang berstatus eselon III, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor : KEP.26
E/MEN/2001.
Gambar
2. Kantor Pusat BBAT Jambi
Balai Budidaya
Air Tawar Jambi merupakan Unit Pelaksana Teknis Departemen Kelautan dan
Perikanan di bidang Budidaya Air Tawar yang berada di bawah tanggung jawab Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, dengan wilayah kerja meliputi Pulau Sumatera dan
Kalimantan.
c. Struktur
Organisasi
Berdasarkan PERMEN Kelautan dan Perikanan Nomor : PER 09/MEN/2006
tanggal 12 Januari
2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Budidaya Air Tawar, struktur
organisasi BBAT Jambi terdiri atas:
a. Kepala
Balai
b. Sub
Bagian Tata Usaha
c. Seksi
Pelayanan Teknik
d. Seksi
Standardisasi Dan Informasi
e. Kelompok
Jabatan Fungsional
Dalam
menjalankan tugasnya Balai Budidaya Air Tawar Jambi dipimpin oleh seorang
kepala dan dibantu oleh Kasubbag, Kasi dan Kelompok Jabatan Fungsional. Berikut adalah uraian tugas dari masing-masing seksi
dalam struktur organisasi mengacu pada PERMEN Kelautan dan Perikanan No :
09/MEN/2006 :
v Sub Bagian Tata Usaha :
Mempunyai
tugas melakukan penyusunan rencana, program, dan anggaran, pengelolaan
administrasi keuangan, kepegawaian, jabatan fungsional, persuratan, barang
kekayaan milik negara dan rumah tangga, serta evaluasi dan pelaporan
v Seksi Pelayanan Teknik :
Mempunyai
tugas melakukan pelayanan teknik kegiatan pengembangan, penerapan, serta
pengawasan teknik perbenihan dan pembudidayaan ikan air tawar
v Seksi Standardisasi dan Informasi :
Mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan standar teknik dan pengawasan perbenihan dan
pembudidayaan ikan air tawar, dan pengendalian hama dan penyakit ikan,
lingkungan, sumberdaya induk dan benih ikan air tawar, serta pengelolaan
jaringan informasi dan perpustakaan
v Kelompok Jabatan Fungsional :
Mempunyai
tugas melaksanakan kegiatan perekayasaan, pengujian, penerapan bimbingan
penerapan standar/sertifikasi perbenihan dan pembudidayaan ikan air tawar,
pengendalian hama dan penyakit ikan, pengawasan benih/budidaya dan penyuluhan
serta kegiatan lain yang sesuai dengan tugas masing-masing jabatan fungsional
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pada kelompok jabatan fungsional ini dibagi dalam tiga kelompok besar
yaitu:
1.
Kelompok
Ikan Domestik
2.
Kelompok
Ikan Cyclid
3.
Kelompok
Ikan Catfish
4.
Kelompok
Nutrisi, Kesehatan Ikan dan Lingkungan
d. Sarana
Dalam mendukung semua kegiatan di
BBAT Jambi, maka Balai dilengkapi dengan sarana dan prasarana diantaranya:
e. Hatchery
Hatchery yang dimiliki oleh BBAT
Jambi terdiri atas:
- Hatchery 1 ( Patin Siam, Lele, baung)
- Hatchery 2 (Nila)
- Hatchery 3 (Jelawat)
- Hatchery Ikan Hias (Gurami, Arwana)
- Hatchery Nila
f. Perkolaman
Perkolaman
ini digunakan untuk kegiatan pendederan, pembesaran, pemeliharaan induk serta
untuk kegiatan perekayasaan. Kolam yang ada di BBAT Jambi terdiri dari : kolam
Induk 600 m (10 buah), kolam pendederan 500 m2 (13 buah) dan ukuran
250 m2 (28 buah), kolam pembesaran 1500 m2 (9 buah) dan ukuran 500 m2 (18 buah), kolam
induk ikan hias 50 m2 (4
buah), bak
nila 56 buah, bak pakan alami 5 ton (12
unit) 30 ton (7 unit),dan keramba
jaring apung sebanyak 60 unit.
g. Laboratorium
Laboratorium Kesehatan
Ikan dan Lingkungan BBAT Jambi merupakan salah satu laboratorium yang telah
menerapkan Good Laboratory Practice serta dokumen Sistem Manajemen Mutu
berdasarkan ISO/ICE 17025:2005.Laborrtorium ini telah TERAKREDITASI oleh komite
Akreditasi Nasional (KAN) sejak Juni 2011 dengan nama Laboratorium Penguji BBAT
Jambi dengan Nomor : LP-519-IDN. Keberadaan Laboratorium Pengujian BBAT Jambi
Merupakan salah satu komitmen dari BBAT Jambi, DJPB-KKP dan memberikan
pelayanan kepada masyarakat luas dalam pengujian sampel ikan/ air/pakan
Kegiatan
pengujian yang dapat dilakukan di laboratorium Pengujian BBAT Jambi antara
Lain:
1.
Pengujian Virus
Pengujian
Virologi, diagnosis KHV secara PCR
Peengujian
Genetik, deteksi gen/alel anti KHV secara PCR
2. Pengujian Parasit
Jenis parasit yang dapat diidentifikasi antara lain:
argulus sp, chillodonella sp,
centrocescus sp, Dactylogyrus sp, Epistylis sp, Ichthyophthirius multifiliis,
Lernea sp, Glochidium sp, Gyrodactylus sp, Heneguya sp, Myxobolus sp, Oodinium
sp, Trichordina sp.
3. Pengujian Bakteri
A)
Identifikasi bakteri pathogen,
antara lain: Edwardsiella ictaluri,
Aeromonas hydrophila, Pseudomonas sp, Streptococcus sp, Flavobacterium sp,
Vibrio, sp, dll
B)
Penghitungan Angka Lempeng Total
Bakteri (ALT) dan Angka Lempeng Total
Bakteri Vibrio (TBV)
4. Analisa
Proksimat
Meliputi
kadar lemak, kadar air, kadar abu, kadar protein dan serat kasar.
5. Pengujian
Kualitas Air
Meliputi suhu, pH, Oksigen terlarut, Salinitas, Alkalinitas,
Kesadahan, Amoniak, Nitrat, Nitrit, Fosfat, Total Nitrogen, TOM, COD,
Turbiditas, dll
6. Pengujian
Logam Berat dan Residu Antibiotik
Pengujian Logam Berat
Meliputi Kalium (ca), Cadmiun (cd), Copper (Cu),
Magnesium (Mg), Mangan (Mn), Fe, Timbal/Lead (Pb), Natrium/Sodium (Na),
Kalium/pottasium (K) Zinc (Zn), Total Mercury (Hg).
Pengujian Residu Antibiotik
Meliputi;
Chloramphenicol, Oxytetracycline, Nitrofuran (AOZ) dan Nittrofuran (AMOZ).
h. Jaringan Listrik
Kapasitas terpasang jaringan listrik
yang ada di BBAT Jambi sebesar 60 KVA berasal dari PLN Rayon Kota Baru Jambi.
Untuk menanggulangi terjadinya ganguan pemadaman listrik dari PLN maka
disiapkan juga Generator Set (Genset) sebanyak 3 unit dengan kapasitas
masing-masing 60 KVA (1 unit) , 150 KVA (1 unit) ,20 KVA (1 unit) dan 40 KVA (1 unit)
i.
Gedung
Gedung yang dimiliki BBAT Jambi terdiri atas: gedung perkantoran 240 m2,
aula 170 m2, Gedung Pejabat Fungsional 120 m2, perpustakaan 100 m2, asrama
4 kopel (3 kopel @ 90 m2, ), 1 kopel 100 m2, mess
operator tipe 21 (7 unit), tipe 45 (18 unit), tipe 70 ( 5 unit), tipe 36 (10
unit) dan bangunan gudang (5 unit).
j. Visi dan Misi BBAT Jambi
Adapun
visi dari BBAT Jambi yaitu Indonesia penghasil produk kelautan dan perikanan
terbesar di dunia 2015 Adapun misi dari BBAT Jambi adalah Mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan.
k. Tujuan dan Sasaran
a. Tujuan
Menerapkan pengembangan teknologi budidaya air tawar
yang sederhana, efisien dan berwawasan lingkungan.
v Menyediakan teknologi adaptif dan
inovatif.
v Menyediakan benih dan induk
bermutu.
v Meningkatkan profesionalisme SDM
Kelautan dan Perikanan.
v Melestarikan sumber daya
perikanan.
b. Sasaran
v
Tersedianya paket teknologi adaptif dan inovatif.
v
Tersedianya benih dan induk yang bermutu.
v
Tersedianya SDM Kelautan dan Perikanan yang
profesionalisme.
v
Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang
pelestarian plasma nutfah.
2. Pembesaran Ikan Arwana
a. Persiapan


Gambar 3. Wadah Akuarium dan Kolam Bak Beton
b. Pemeliharaan Benih (Pembesaraan)
Pembesaran ikan arwana di BBAT Jambi ada dua tahapan
yaitu di akuarium dilakukan dari larva lepas kuning telur
dan sampai berumur 2 tahun.
Benih arwana dipelihara secara terpisah (1 ekor per
akuarium). Agar ikan tidak melompat keluar akurium ditutup dengan jaring penutup.
Pakan yang diberikan selama pemeliharaan adalah anak ikan kecil, jangkrik (Gryllus
assimillis),
atau ulat hongkong
(Tenebrio millitor),
frekuensi pemberian pakan dua kali sehari yaitu pagi pukul
09:00 Wib dan sore hari
pada pukul 17:00 Wib. Untuk Pengantian
air dilakukan seminggu sekali (pergantian air total 80%
guna untuk menetralkan air )
dan untuk penyiponan
dilakukan dua hari sekali.
Gambar 4. Pemeliharaan Secara Terpisah dan Akuarium ditutup
Gambar
5. Jangkrik (Gryllus assimillis) dan
Ulat Hongkon (Tenebrio millitor)
Setelah berumur ± 2 tahun atau berukuran ± 20-30 cm arwana dipindah ke bak beton
berfilter atau ke kolam, pakan yang diberikan untuk kolam atau bak beton adalah
ikan rucah.
c.
Pengamatan Pertumbuhan Ikan
Pengamatan pertumbuhan arwana di BBAT Jambi dengan cara
sampling, panjang bobot dan berat di
lakukan setiap sebulan sekali dengan cara mengambil sempel sebanyak 10 ekor
benih untuk diukur panjang standar (SL),
panjang total (TL) dengan menggunakan mistar, dan beratnya menggunakan
timbangan digital, sebelumnya ikan di anestesi (pembiusan) terlebih dahulu
dengan menggunakan cairan stabilizer
dengan dosis 1 ml / liter air, setelah itu ikan disadarkan terlebih dahulu dan
baru dikembalikan keakuarium.
Grafik 1.
Panjang Standar/SL Calon Induk Arwan
Grafik 2.
Panjang Total/TL Calon Induk Arwan
Grafik 3.
Berat/BW Calon Induk Arwan
d. Pengukuran
Kualitas Air
Selain pemberian pakan, faktor yang tidak kalah
pentingnya adalah menjaga kualitas air sebagai media arwana
agar tetap optimal untuk tumbuh dan berkembang. Kualitas air dipengaruji oleh
berbagai faktor baik fisik maupun kimia seperti pH, Suhu dan DO.
Untuk menjaga kualitas air yang berada di wadah
pemeliharaan tetap baik, maka dilakukan pergantian air secara rutin setelah
penyiponan. Adapun parameter kualitas air pada pembesaran arwana
dapat dilihat pada Tabel dibawah.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Parameter
Kualiatas Air
Parameter
|
Kisaran
|
pH
Suhu (oC)
DO (ppm)
|
7,0 – 7,7
24 – 27
3,0 – 4,2
|
Menurut
Sudarto (2009), kualitas air media Teknik Pembesaran Calon Induk Ikan Arwana (Scleropages formosus) yang baik adalah
pH 7.0-7.7, Suhu 24-27 oC
dan DO 3.0-4.2ppm.
e. Pemantauan Kesehatan Ikan
Penyakit pada arwana dapat disebabkan oleh faktor infeksi dan non infeksi.
Pada umumnya, penyakit yang sering terjadi di BBAT Jambi
disebabkan oleh faktor non infeksi, yaitu lingkungan. Faktor lingkungan ini
erat kaitannya dengan masalah kualitas air. Kualitas air yang mempengaruhi arwana
antara lain suhu, pH
dan DO. Gejala yang sering timbul
karena faktor lingkungan, yaitu
bakteri atau virus menempel pada ikan,
lalu ikan mati dengan kondisi insang pucat, produksi lendir yang
banyak. Untuk
penanggulangan ikan yang diserang penyakit atau bakteri dilakukan oleh tim
khusus yang ada di BBAT Jambi.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil Praktek
Kerja Lapang tentang Teknik Pembesaran Calon Induk Ikan Arwana (Scleropages formosus)
di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Provinsi Jambi, maka
dapat diambil keputusan sebagai berikut :
a.
Pembesaran calon induk ikan Arwana pada
Praktek Kerja Lapang ini dipelihara didalam akuarium yang berukuran P60 cm x L50cm dengan ketinggian air 20cm, yang
dilengkapi dengan aerator.
b.
Tingkat kelulusan hidup (SR) calon induk
arwana mencapai 100% pada akhir praktek kerja lapang.
c.
Pembesaran calon induk ikan arwana
sangat baik dilakukan dengan padat tebar 1 ekor per akuarium.
d.
Kendala yang sering terjadi yaitu sangat
mudah diserang bakteri, karena tubuh ikan terdapat luka yang disebabkan
kurangnya pemantauan perawatan.
e.
Di
BBAT Jambi, Pemantauan kesehatan ikan dilakukan oleh tim ahli atau staf Lab Uji
khusus di BBAT Jambi dan dilakukan setiap sebulan sekali.
f.
Untuk pengukuran kualitas air yaitu suhu
25-27 OC, pH 7-7.7 dan DO 3.0-4.3ppm
2. Saran
Diharapkan
kepada semua
anak perikanan khususnya yang di Provinsi Aceh, agar mencoba untuk membudidayakan ikan arwana, karena Ikan arwana
merupakan salah satu komoditas ikan hias air tawar yang
bernilai ekonomis tinggi dan banyak diminati oleh konsumen dalam negeri maupun luar
negeri dengan harga yang relatif mahal.
Diharapkan kepada pembudidaya yang sudah
berjalan saat ini agar tidak berhenti dan
terus meningkatkan hasil produksinya dengan memperbanyak induk dan benih unggul,
seperti yang kita ketahui ketersediaan ikan arwana di daerah kita relatif rendah.
DAFTAR
PUSTAKA
BBAT
Jambi. 2012. Kualitas Air Arwana Media Pembesaran atau Pemeliharaan. Jambi.
Dealami. 2001. Klasifikasi Dan Morfologi. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Effendie. 1979.
Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri. Bogor
Harianto.
2009. Buku Pintar Memilih Dan Merawat Arwana. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Fardiaz, 1992. Kualitas Air
Ikan Arwana. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka
Purwakusuma, 2007. Pembesaran
Ikan Arwana Pada Akuarium. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka
Sudarto. 2003.
Ikan Siluk Arwana Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.
Susanto. 2008.
Panduan Memelihara Arwana. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sachlan, 1987. Budidaya Ikan
Arwana. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Denah lokasi BBAT Jambi