News Update :

Budidaya Kerapu di Aceh Terhambat Dana

Rabu, 03 Februari 2010

Budidaya ikan kerapu di Lhokseumawe, Aceh, diakui sangat prospektif karena memberikan keuntungan memadai. Namun, para petani ikan kerapu kesulitan memperoleh modal karena bibit ikan kerapu relatif lebih mahal dibandingkan dengan bibit ikan lainnya.

"Kalau ada modal, kami bisa mendapatkan bibit lebih banyak lagi," ungkap Hamdani Manaf, Kamis (21/6), warga Pusong Lama Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, yang baru saja memulai budidaya ikan kerapu.

Karena kesulitan modal, ia hanya mampu membeli 300 ekor bibit di
Jambo Kecamatan Blang Mangat, Lhokseumawe. Kini bibit ikan itu sudah berumur tiga pekan dan dipelihara dalam keramba pemberian orang.

Menurut pemuda putus sekolah itu, budidaya ikan kerapu sangat menguntungkan karena harganya yang relatif mahal. Bila sudah berumur tiga bulan, kerapu sudah bisa dipanen dengan harga jual sekitar Rp35.000 sampai Rp50.000 per ekor.

"Tapi karena jumlah bibitnya terbatas, keuntungan yang kami peroleh pun sedikit," tambah Hamdani yang dijumpai Jurnal Nasional di tempat pendaratan ikan di Pusong.

Selama membudidayakan ikan kerapu, Hamdani mengaku belum pernah mendapatkan bantuan modal dari pihak manapun. Ia sering mendengar ada bantuan usaha kecil dari berbagai pihak, tapi belum pernah mendapatkannya.

"Hanya orang tertentu saja yang dapat. Mungkin yang kenal dengan kepala desa," kata Hamdani yang sehari-hari juga bekerja sebagai nelayan.

Budidaya ikan kerapu di Lhokseumawe umumnya dilakukan di tingkat rumah tangga dan belum menjadi sebuah industri besar. Lhokseumawe yang dikenal sebagai kota gas, tidak memiliki lahan perikanan yang luas sebagaimana Kabupaten Aceh Utara yang menjadi tetangganya.

Seorang pemilik perahu di Pusong, Faisal Matriadi, membenarkan tidak semua petani kerapu bisa mendapatkan bantuan modal usaha kendati bantuan serupa itu kini banyak diberikan. "Siapa yang punya akses dengan kepala desa atau bersuara keras, biasanya pasti dapat," kata Faisal.

Menurutnya budidaya kerapu kurang cocok dilakukan di perairan Pusong karena tempatnya yang terbatas. Tak jarang, keramba yang mengapung di laut terseret dibawa angin hingga ke pinggir TPI atau tempat pendaratan ikan.

"Budidaya ikan kerapu lebih baik dilakukan di perairan yang arusnya tidak terlalu deras," tambah Faisal yang memiliki beberapa unit perahu kecil dan besar.

Pemerintah Kota Lhokseumawe sering melakukan pelatihan kepada usaha kecil dan menengah seperti pembudidayaan ikan kerapu. Kredit yang disalurkan kepada UKM setiap tahun terus bertambah meskipun tingkat pengembaliannya sangat rendah.

Selain bantuan modal selama tahun 2003 dan 2004 mencapai Rp4 miliar, Pemerintah kota Lhokseumawe juga memberikan sejumlah pelatihan.

"Dari sekian banyak pelatihan, juga diberikan materi bagaimana menggali dan mengembangkan kemampuan melihat peluang usaha berbasis intuisi dan menjadikannya sebagai bisnis yang menguntungkan," kata Sabaruddin, kepala bagian humas Pemkot
Lhokseumawe.

Sumber: http://jurnalnasional.com
Share this Article on :
 

© Copyright AQUACULTURE INFORMATION 2010 -2011 | Design by Awan Muis Bentoo | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.