News Update :

Udang Jagoan dari Serambi Mekah (ACEH) Udang Lambouh

Rabu, 15 Januari 2014

Udang lambouh tetap bertahan hidup walaupun positif terserang white spot

Tanah surga, itulah Indonesia. Meski tak henti dirundung bencana, tapi tak habis-habis kekayaan alamnya. Satu diantara harta tersebut adalah udang lambouh yang ditemukan di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Udang bernama latin Penaeus spp ini banyak dijumpai di perairan pantai barat bumi Serambi Mekah itu. Udang ini biasanya muncul musiman sekitar September – Maret sehingga masih terhitung langka.
Secara fisik, udang lambouh adalah udang yang menyerupai udang windu. Mulai dari rostrum, hepatic carina, morfologis, dan bagian tubuh lainnya. Tapi sifat dan warnanya mirip udang vannamei. Udang ini aktif di malam hari, memiliki sifat kanibalisme (penyerang sesama), serta hidup dan mencari makan di dasar perairan. Warna tubuh dan antenanya polos tidak berbelang serta kaki renangnya merah. Untuk ukuran, lebih besar dari vannamei.
Kepala Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee Aceh, Coco Kokarkin kepada TROBOS mengatakan, dengan kondisi tersebut, nantinya lambouh diharapkan bisa mensubtitusi pasar udang vannamei  dari segi warna  dan windu dari segi tekstur daging. Lagipula menurut Coco, harga jual udang lambouh lebih tinggi Rp 2.000 – Rp 9.000 per kg dari harga windu.
Kabar baiknya lagi, udang lambouh ditengarai lebih sakti dibandingkan udang windu. Udang lambouh tahan terhadap serangan penyakit momok petambak, white spot. Lambouh juga bisa tumbuh lebih cepat dari windu. Karena itu menurut Coco, lambouh bisa menjadi solusi bagi para petambak udang tradisional di Aceh yang kerap didera virus white spot. “Karena lambouh adalah udang windu super, kelak udang ini merupakan udang penyangga yang bisa menyelamatkan petambak,” tuturnya.

Daya Tahan dan Pertumbuhan Baik
Lebih jauh, Coco menerangkan tentang udang lambouh. Udang yang 85 % memiliki kesamaan dengan udang windu ini oleh masyarakat Aceh dikenal memiliki daya tahan dan pertumbuhan yang baik di tambak tradisional. Ketahanan tubuh udang lambouh dalam menghadapi penyakit cukup tinggi.
Coco mencontohkan, jika dilakukan percobaan dengan memasukkan indukan udang windu dan lambouh yang terkena white spot ke dalam bak masing-masing sebanyak 24 ekor, maka yang terjadi udang windu akan mati semua. Sedangkan udang lambouh 100 % akan tetap bertahan hidup walaupun positif terserang white spot hingga 2 bulan ke depan.
Senada dengan Coco, Pelaksana Pembenihan Udang Lambouh periode 2010, Ibnu Sahidir mengatakan, ketahanan tubuh udang lambouh yang terkena white spot bahkan bisa sampai umur ketika udang tersebut akan diafkir  atau hingga umur 3 bulan. Kelebihan lain dari udang lambouh,  tekstur dagingnya lebih bagus dan kenyal dibanding jenis udang lainnya. 
Selain itu menurut Coco, tanpa diablasi (pemotongan organ mata) udang akan bertelur secara alami. Terlebih Coco mengatakan indukannya bisa dipakai hingga 5 bulan, sementara kalau indukan udang windu dalam waktu  2 minggu setelah dipakai bertelur maka dia akan mati. Ia menerangkan jika udang lambouh ini diablasi maka setiap 3 hari sekali udang tersebut akan bertelur. Ibnu pun menambahkan untuk satu indukan udang lambouh mampu menghasilkan 80 – 250 butir telur. @AWAN_INDONESIAN
Share this Article on :
 

© Copyright AQUACULTURE INFORMATION 2010 -2011 | Design by Awan Muis Bentoo | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.